Wajib tahu!! pemula budidaya ikan Lele

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Salam sehat selalu dan tetap semangat khususnya peternak ikan lele. Dalam usaha budidayanya ikan lele sering kali mengalami kematian sehingga kita sebagai pembudidaya menjadi bingung , apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasi kematian ikan lele terutama pada minggu-minggu awal setelah tebar bibit ikan lele.

Jika kematian bibit lele berkisar satu atau dua ekor saja tentu masih dibilang wajar.  Namum bagaimana jika kematian dalam satu hari terjadi begitu banyak bahkan mencapai puluhan atau ratusan ekor.  Apa penyebabnya benih ikan lele mati massal hal ini tentu saja membuat kita merasa bingung. Pandangan yang kurang tepat tentang ikan lele, yaitu anggapan bahwa ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bandel dan tahan banting juga terkenal memiliki kemampuan daya tahan tubuh yang cukup kuat dari penyakit menjadikan para pemula budidaya meremehkan perawatan dan perlakuan pada bibit ikan lele yang dibudidayakan. 

Khusus bibit ikan lele yang ukurannya masih kecil tidak bisa disamakan dengan yang sudah besar. Karena bibit ikan lele masih sangat rentan dan mudah stress. Bibit ikan lele stress sering terjadi mati mendadak.  Semakin kecil ukuran ikan lele semakin besar resiko kematian.  Untuk itu bibit yang kita tebar perlakuannya harus lebih diperhatikan dan sedikit diistimewakan.

Jika tidak, kita akan sering melihat bibit ikan lele yang menggantung.  Dan mengatasi bibit lele yang menggantung atau berdiri terbilang bukan masalah yang mudah.  Karena banyak sekali faktor penyebabnya yang justru terkadang kita salah dalam penanganannya sehingga malah berakibat pada kematian.

Nah teman-teman semua dan para sahabat pecinta dan pemula budidaya ikan lele, sebelum kita mengetahui bagaimana cara mengatasi agar bibit ikan lele tidak banyak yang mati pada minggu-minggu awal tebar, ada baiknya kita sebagai pemula mengetahui faktor penyebab kematian bibit ikan lele tersebut. Penyebab kematian bibit ikan lele pada awal tebar, diantaranya yaitu :

Pertama, Tidak melakukan sterilisasi dahulu pada kolam baru.

Ini semua berlaku bagi kolam terpal maupun kolam beton. Bagi para pemula budidaya ikan lele selain memperhatikan pembuatan kolam dan juga sistem drainasenya sebagai pendukung dalam manajemen air saat proses budidaya, hendaknya juga melakukan sterilisasi terlebih dahulu pada kolam baru sebelum dilakukan persiapan air untuk tebar bibit lele nantinya.

Baik kolam terpal baru maupun kolam beton sebaiknya dilakukan sterilisasi dahulu, bisa dengan merendam dengan air kurang lebih 40 sampai 50 cm dan diberi batang pohon pisang selama 7 sampai 10 hari. Atau bisa juga dilakukan pengapuran untuk menghilangkan zat-zat kimia yang menempel pada terpal atau bau semen pada kolam beton. Apabila tidak menggunakan penggunaan bahan-bahan tersebut karena mungkin di berbagai daerah keberadaannya sulit didapat bisa menggunakan antiseptik modern.  

Ada beberapa macam antiseptik modern, salah satunya yaitu Bluboper dari produk poster. Antiseptik ini bisa dipakai untuk sterilisasi kolam baru. Pemakaiannya cukup kita gunakan 10 ml tiap 1 M3 air dan disarankan ditebar merata pada air kolam dan diamkan selama kurang lebih 2 sampai 3 hari. Hal ini semua kita lakukan untuk persiapan air kolam sebelum tebar benih ikan lele. 

Penyebab kedua,yaitu pembuatan kolam yang berhimpitan dengan tembok rumah atau di samping rumah.

Banyak para pemula budidaya ikan lele yang kurang memperhatikan dalam letak atau lahan pembuatan kolam.  Padahal pembuatan kolam yang sesuai untuk budidaya yaitu pada tempat yang cukup sinar matahari dan jauh dari pohon-pohon yang besar agar daun-daun yang kering tidak mengotori kolam. Serta ketersediaan oksigen yang cukup pada lingkungan budidaya. Maka ada baiknya hindari pembuatan kolam yang berhimpitan dengan dinding rumah.

Meskipun hal ini bertujuan untuk pemanfaatan lahan yang kosong. Tentu saja penghematan dalam pembuatan kolam ini akan berdampak pada proses budidaya. Apabila kolam untuk budidaya lele berhimpitan dengan dinding rumah atau tembok usahakan diberi penutup sebagian di atas kolam. Dengan tujuan untuk mencegah air hujan dari genteng rumah yang masuk ke kolam. Air hujan dari genteng yang masuk ke dalam kolam akan banyak mengandung resiko yang menyebabkan bibit ikan lele keracunan dan mati mendadak. Selain air hujan itu sendiri mengandung zat asam yang tinggi yang menyebabkan PH air kolam turun secara kooperatif dan menjadi penyebab bibit ikan lele stress yang pada akhirnya akan lemah bahkan sampai mati massal. 

Penyebab ketiga,  yaitu persiapan air kolam yang asal-asalan.

Untuk memulai usaha budidaya ikan terutama pada sektor pembesaran penyediaan air sebagai media budidaya adalah faktor utama yang menunjang tingkat keberhasilan dalam proses budidaya. Selain sumber air yang digunakan harus memenuhi parameter dan kualitas air yang baik untuk budidaya juga perlu diperhatikan bagaimana sumber air yang akan digunakan. 

Dalam hal ini mencakup kandungan zat kapur, zat besi dan juga karbon monoksida. Apabila kandungan tersebut cukup tinggi terutama pada sumber air dari sumur dalam atau bor,  maka perlu dilakukan upaya dan treatment sebelum digunakan untuk kolam budidaya. Air merupakan media penting yang harus ada dalam usaha budidaya ikan dan harus berkualitas dengan kuantitas yang memenuhi standar. Selain itu ketersediaan air harus selalu ada untuk menunjang kelancaran proses usaha. 

Jadi persiapan air kolam untuk budidaya harus benar-benar memenuhi syarat dan parameter kualitas air kolam dalam budidaya oleh karena itu persiapan akhir sebelum tebar bibit ikan lele terus dengan treatment sesuai dengan sistem budidaya yang dijalankan. Penggunaan air sebagai media budidaya hendaknya kita ciptakan sebaik mungkin agar seperti habitat aslinya. Agar ikan yang kita pelihara nantinya dapat hidup dengan nyaman dan berkembang secara optimal. Untuk itu perlakuan air kolam sebelum tebar bibit ikan lele harus dilakukan dengan penambahan unsur karbon untuk keseimbangan C/N RATIO elemen mineral untuk memacu pertumbuhan mikroorganisme dalam air kolam dan juga probiotik sebagai pendukung dalam lingkungan air kolam.  Sehingga PH air kolam dan oksigen terlarut seperti diam.

Penyebab keempat, yaitu penebaran bibit yang terlalu padat.

Bagi pemula budidaya ikan harus memperhatikan dan mengatur kepadatan bibit ikan lele saat tebar bibit pada air kolam. Untuk para pemula disarankan melakukan tebar bibit ikan sebanyak 150 sampai 200 ekor per M3.  Jika lancar bisa menambahkan padat tebar secara bertahap seiring dengan pengalaman masing-masing. Perhatikan dan hati-hati juga jika belum berpengalaman sebaiknya  dari jumlah bahan tebar yang sedikit, karena pada tebar yang tinggi beresiko bibit menjadi stress dan menjadi penyebab kematian bibit ikan. Jangan sampai bahan tebar terlalu tinggi tanpa adanya pengelolaan yang baik, bukannya mendapatkan keuntungan tapi malah rugi karena angka kematian ikan yang tinggi terutama pada awal tebar bibit ikan.

Penyebab kelima, yaitu tidak melakukan aklimatisasi

Selain teknik pembelian atau pemilihan bibit yang baik,  cara penebaran bibit juga menjadi faktor penting. Jika awalnya sudah salah tentu saja tidak menutup kemungkinan akan bermasalah kedepannya. Sebaiknya bibit ikan sebelum di tebar pada kolam baru lakukan aklimatisasi terlebih dahulu karena bibit ikan tersebut berasal dari lingkungan yang berbeda terutama suhunya.  

Hal yang penting dilakukan adalah membuat suhu di dalam wadah pengangkutan sama atau setidaknya hampir sama dengan suhu di dalam kolam pemeliharaan. Masukan bibit ikan lele kedalam kolam bersama wadah dan biarkan selama 15 sampai 30 menit terlebih dahulu. Kemudian wadah dimiringkan dan biarkan ikan keluar dengan sendirinya. Proses aklimatisasi ini bisa dibarengi dengan penambahan obat anti stres ataupun vitamin agar daya tahan tubuh bibit ikan meningkat.

Penyebab keenam, yaitu pembelian bibit dari beda habitat atau lingkungan.

Dalam hal ini yang dimaksud yaitu pemilihan bibit pada kolam tanah dan dipelihara pada kolam terpal atau kolam beton. Apabila proses aklimatisasi tidak dilakukan dengan treatment yang benar-benar bagus hal ini akan berakibat fatal.  Mengingat bibit ikan berpindah dari lingkungan atau habitat yang berbeda dan beda suhunya secara signifikan. Apabila pemilihan bibit dari kolam tanah sebaiknya dilakukan aklimatisasi seperti pada poin nomor 5 secara sempurna. Jangan tergesa-gesa dan lakukan aklimatisasi nya secara seksama sesuai dengan prosedur budidaya agar mengurangi resiko kematian pada bibit ikan. Bibit Ikan yang masih kecil dan lemah sehingga mudah stress. Dalam proses aklimatisasi ini bisa diberi tambahan vitamin dan antibodi agar bibit ikan tahan terhadap lingkungan dan kolam baru.

Penyebab ketujuh, yaitu pemberian pakan yang kurang tepat.

 Pakan pelet adalah salah satu kunci sukses supaya ikan lele cepat berkembang. Tapi juga bila berlebihan dan pemberiannya kurang tepat justru akan menyebabkan penyakit. Jadi dalam pemberian pakan pada bibit yang baru tebar kita harus teliti dan jangan asal memberi pakan saja. Setelah bibit ikan ditebar, puasakan bibit ikannya minimal 1 hari atau selama 24 jam. Dan biarkan bibit ikan lele beradaptasi dalam kolam. Pemberian pakan pada ikan saat awal tebar bisa dilakukan 4 sampai 5 kali dalam sehari dengan porsi sedikit saja. Dan jika harus ditambah sedikit demi sedikit dengan porsi 70% dari biasanya.  Pada hari ketiga biasanya normal atau bibit ikan sudah beradaptasi sehingga kita dapat memberikan pakan sesuai dengan kebutuhan ikan lele yaitu 5% dari biomassa atau berat tubuh ikan.  Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan. Ini artinya kita jangan sampai asal-asalan, jangan sampai karena ingin untung banyak, bibit ikan diberi pakan sembarangan.  Semakin kecil ikan lele semakin besar kebutuhan nutrisi dan proteinnya. Untuk bibit ikan setidaknya diberi pakan yang lengkap nutrisi dengan kandungan protein di atas 40%. Usahakan pipis terlebih dahulu sebelum diberikan pada bibit ikan lele dan bisa ditambahkan dengan vitamin.

Penyebab kedepan, yaitu tidak menggunakan probiotik dan vitamin.

Peranan probiotik dan vitamin dalam usaha budidaya ikan merupakan faktor penting penunjang tingkat keberhasilan budidaya. Probiotik bisa diterapkan baik dalam pengolahan air sebelum tebar benih maupun manajemen air karena budidaya serta dapat diaplikasikan dalam pakan. Banyak probiotik banyak yang terjual di pasaran, setidaknya kita sebagai pemula mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk budidaya. Minimal kita menerapkan probiotik yang mengandung bakteri-bakteri pendukung pencernaan, pengurai sebagai dekomposisi limbah organik dalam air kolam. 

Penyebab kesembilan, yaitu ketidaksesuaian waktu distribusi bibit ikan.

Waktu pendistribusian benih ikan merupakan faktor penentu bagi kondisi kebugaran benih sampai ke lokasi tujuan. selain ketepatan waktu pengiriman dan penerimaan benih juga berpengaruh besar terhadap kualitas benih ikan. Waktu yang tepat pengiriman benih ikan yaitu pada saat suhu udara masih sejuk. Demikian juga waktu penebaran benih cuacanya masih relatif rendah, yaitu pada waktu pagi atau sore. Pada kenyataannya yang terjadi masih banyak pembudidaya ikan melakukan pengangkutan pada siang hari. Ketika itu udara masih panas sehingga oksigen yang di dalam air mudah dilepaskan ke udara. 

Akibatnya bibit ikan akan kekurangan oksigen dan menjadi lemah sehingga akan mudah mati. Untuk mengantisipasi masalah ini kita bisa meminta distributor agar pada waktu pendistribusiannya tepat saat kita membeli dan akan melakukan tebar bibit ikan.

Penyebab kesepuluh, yaitu adanya agen penyakit.

Selain faktor penyebab di atas, yaitu adanya agen penyakit, maksudnya  pada lingkungan pembudidaya juga akan menyebabkan masalah pada bibit ikan yang baru ditebar pada kolam pembesaran. Bibit ikan yang masih kecil rentan terhadap agen-agen penyakit, terutama tiga hari atau satu minggu setelah tebar. Daya tahan bibit ikan yang menurun akibat beradaptasi memacu bibit ikan mudah sakit dan banyaknya kematian saat awal tebar.

Agen penyakit yang sering menyerang bibit ikan biasanya adalah ekstoparasit. Kemudian diikuti oleh sekunder bakteri pada luka yang disebabkan oleh parasit tersebut. Ekstoparasit yang sering ditemukan pada kebanyakan kasus bibit ikan yang mati adalah protozoa atau jamur golongan trekodina. Dan parasit ini dalam kondisi kualitas air yang baik tidak akan berbahaya bagi ikan. Namun apabila kondisi air semakin buruk karena penumpukan sisa pakan dan feses atau kotoran ikan akan berkembang pesat dan mulai menempel pada tubuh ikan dan memakan lendir di permukaan tubuh dan juga insang ikan. Bila infeksi trikodina banyak biasanya ikan akan stress dan menggosok-gosok tubuhnya pada dinding kolam yang dapat menyebabkan luka. 

Luka yang timbul dapat menjadi pintu masuknya terjadinya infeksi bakteri yang mempengaruhi kesehatan ikan juga daya tahan tubuh bibit ikan. Biasanya bakteri patogen yang masuk yaitu air monas yang sudah ada di lingkungan budidaya sehingga kesehatan ikan semakin parah. Dan ini penyebab kematian masal pada bibit ikan, yaitu infeksi sekunder oleh bakteri tersebut. 

Dan teman-teman semua dan para sahabat pecinta pembudidaya ikan, dalam menjalankan suatu usaha kita selalu berusaha mempersiapkan dan menjalankan sesuatunya dengan maksimal sehingga diharapkan hasil yang diperoleh juga optimal. 

Sumber : Fans Jogja

Tinggalkan komentar