Inilah Persiapan Jika Ke Pesantren

Pesantren, siapa yang belum tahu tentang pesantren ? Kebanyakan orang-orang sudah mengetahui istilah pesantren, yaitu pusat pendidikan anak, baik yang dari anak tingkat dasar(SD/MI) hingga tingkat aliyah (SMA/MA). Terus bagaimana jika orang tua ingin menyekolahkan anaknya ke pesantren, namun belum tahu bagaimana kondisi di pesantren. Ini tentu menjadi problem untuk sebagian orang, padahal orang tua tersebut ingin menyekolahkan anaknya di pesantren.

Orang tua yang hendak menyekolahkan anaknya ke pesantren mesti benar-benar harus tahu peraturan dan kebiasaan di pondok pesantren. Perlu diketahui bahwa pesantren itu bukanlah pilihan terakhir. Bukan pula hanya dijadikan bengkel saja bagi anak yang tidak bisa dibina oleh orang tua. Atau tujuan lain seperti agar anak jadi kaya raya. Untuk tujuan ini, kemungkinan niat karena ini sangat jauh dari harapan.

Apa saja yang harus dipersiapkan oleh orang tua untuk pembekalan menyekolahkan anak-anaknya ke pesantren. Sebagai orang tua harus tahu bahwa pesantren tempat mendidik anak yang dipenuhi dengan kegiatan. Jadwal pesantren ada yang mesti bangun jam 03.00 pagi, tidur malam jam 21.00. Dan ada juga yang lain bangun tidur jam 04.00 ,tidur malam jam 22.00 dan seterusnya. Dari sekian kegiatan yang akan diikuti oleh anak didik, mestinya ortunya mempersiapkan bekal mental dan fisik.

Bekal mental untuk sekolah di pesantren, antara lain :

HIDUP MANDIRI

Dilatih bangun sendiri. Anak-anak yang ingin disekolahkan ke pesantren harus dilatih sejak dini, dari mulai bangun tidur awal pagi dan tidur awal malam. Biasakan anak di rumah sendiri sudah tidur pukul 20.30 dan dibangunkan pukul 03.00-04.00 pagi. Ini terus dibantu orang tua sekitar enam bulan atau setahun sebelum masuk pesantren. Karena jika tidak dibiasakan dari awal maka anak akan mudah mengantuk. Jangan pernah bergantung kepada pengasuh ponpes, karena anak akan ketinggalan dengan anak lain. Anak yang tidak dipersiapkan belajar di ponpes hanya akan menjadi beban bagi santri itu sendiri karena di ponpes memiliki aturan tertentu yang tidak ada di non pesantren.

Dilatih lipat kain. Anak-anak dilatih kerapian seperti dilatih melipat baju dan disusun di dalam lemari. Enam bulan hingga setahun lamanya, seorang anak calon santri kedepannya sudah dipersiapkan tentang kerapian. Jika tidak, kita akan menjumpai lemari anak kita yang penuh dengan pakaian acak-acakan. Anak yang seperti ini bertanda, anak didik nya tidak dipersiapkan secara matang oleh orang tuanya. Bahkan anak yang sudah jadi santri akan mengumpulkan pakaian mainnya yang masih basah dicampur ke dalam kain yang bersih.

Jangan pernah mengandalkan pengasuh, karena tiap satu pengasuh menanggung pembinaan sekitar 40-100 anak. Mereka itu hanya membina secara umum saja. Coba bayangkan satu pengasuh mendidik puluhan santri. Tentu ini tidak mungkin berjalan hidup mandirinya antara 70-100 %. Aturan dibuat di setiap kamar tidurnya, seperti wajib bersih dan rapi, namun itu susah diterapkan bagi anak yang tidak dilatih sebelumnya oleh orang tuanya.

Dan banyak dijumpai problem anak-anak bawaan dari rumah tidak terlatih mandiri tentang ketertiban pakaiannya. Hal ini bertanda bahwa dia sudah terbiasa dengan hidup manja, tidak pernah dikenalkan dengan aktivitas lipat kain sendiri dan menyusun pakaian. Padahal ini sangat penting untuk persiapan hidup di arena pesantren. Akibat tidak terlatihnya anak dari rumah, akhirnya pakaian basah dengan pakaian kering sering dicampur adukan akan timbul jamur dan bau tak sedap. Pada akhirnya akan mengganggu pernapasannya saat tiap kali membuka pintu lemarinya. Dan tentunya pandangan ini juga menyebalkan bagi santri lain. Dan takutnya anak seperti ini bisa mendapat teguran dari pengasuh dan sanksi moral dari teman-temannya dengan menyebut sebutan yang tidak diinginkan.

Dilatih tidur siang hari. Jika anak-anak kita belum terbiasa tidur siang, maka dilatih dari sekarang. Namun jangan lebih dari 60 menit. Tidur siang di usia SD – SMA sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Dan dianjurkan tidur siang mulai dari jam 14.00-15.00. Berikut manfaat tidur siang permenitnya secara umum menurut penelitian penelitian di City University of New York, pada tahun 2010 , yaitu :

  • Tidur siang 10 menit dapat mengurangi kelelahan dan meningkatkan ketajaman otak untuk setidaknya 2,5 jam.
  • Tidur siang 20 menit dapat meningkatkan reaksi dan performa terhadap tugas yang berhubungan dengan angka.
  • Tidur siang 30 menit dapat membuat seseorang mengantuk selama 5 menit pertama setelah bangun kemudian segar selama 90 menit berikutnya.
  • Tidur siang 90 menit tidak memberikan manfaat, justru membuat tubuh lebih lelah dari sebelumnya.
  • Tidur siang lebih dari 90 menit, justru mendatangkan masalah seperti uring-uringan dan linglung setelah bangun.

Apa akibatnya jika santri tidak tidur siang ? Tidur siang memang bukan aturan pesantren dan sangat langka ponpes menerapkannya. Namun begitu tidak boleh meremehkannya karena ini untuk manfaat yang sudah dijelaskan di atas. Nah.. jika santri tidak tidur siang, maka mereka biasanya meluangkan waktunya untuk bermain-main, mengobrol, bahkan ada yang menjaili santri lain. Pengasuh tidak mungkin menjaga santri selama 24 jam. Siang hari waktunya istirahat bagi kebanyakan ponpes, meskipun ada sebagian pesantren menerapkan jam belajar sekitar jam 13.00-16.00.

Membuat keributan pada jam istirahat kebanyakan orang di pesantren akan berefek negatif pada anak. Tiap santri yang ketahuan membuat keributan kemungkinan besar akan terkena teguran dan sanksi. Jadi melatih anak tidur siang dimulai dari sekarang. Adapun manfaat tidur siang secara umum, yaitu :

  • Relaksasi.
  • Mengurangi rasa lelah.
  • Meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan.
  • Memperbaiki mood.
  • Meningkatkan daya ingat, kinerja, termasuk reaksi yang lebih cepat, menekan kemungkinan kecelakaan, kesalahan, dan kebingungan. 

Dilatih menghafal Al-Qur’an. Di pesantren sudah terbiasa dengan hafalan. Hampir semua mata pelajaran pesantren seperti cabang bahass arab wajib dihafal. Nah sebelum menghafal banyak pelajaran pesantren, ada baiknya dilatih lebih dini menghafal juz 30 dan 29 setahun sebelum masuk pesantren. Orang tuanya lah yang membuat skedulnya. Dari bangun pagi harus sudah menghafal juz 30 yang dimulai dari surat an-Nas. Bantulah anak menghafal Alquran sejak dini, insya Allah si buah hati Anda akan siap siaga dengan kegiatan ponpes nantinya. Jika ortu belum maksimal membantu anak mengahafal al-Quran, maka carilah guru yang dapat membimbing hafalannya.

TANGGUNG JAWAB

Inilah juga bekal mental yang perlu dipersiapkan guna menghadapi kehidupan di asrama. Banyak kejadian, santri tidak tidak tanggung jawab setelah makan makanan. Sisa-sisa makanannya dibuang sembarangan tempat. Padahal ponpes sudah mencanangkan kebersihan di semua tempat beserta sanksi-sanksi nya jika mengotori. Namun apalah daya ponpes hanya bisa menangani yang ketahuan saja.

Jika ini tidak dilatih oleh orangtuanya agar membuang sampah pada tempatnya, maka yang ada adalah santri banyak mengotori halaman pesantren. Tiap santri yang tidak siap hidup di pesantren akan banyak mengalami masalah. Agar tidak banyak masalah nantinya di sana, maka sebaiknya dilatih untuk bertanggung jawab. Tiap kali ada sisa makanan, diajak buang sampah pada tempatnya meskipun tong sampahnya jauh. Inilah yang kita ajarkan pada anak kita masing-masing. Apalagi soal pakaian, jika setelah memakai pakaian maka kita ajarkan agar diletakkan di tempat kain. Demikian pada pekerjaan selainnya.

MENJAGA LISAN

Kita tunjukkan lisan yang baik di depan anak kita. Anak-anak dilatih untuk banyak diam jika tidak ada manfaat berbicara. Kita ajarkan anak agar mulut tidak mudah mengejek atau melaknat. Karena di pesantren akan berhadapan dengan anak-anak orang lain yang sifat dan karakternya berbeda-beda. Maka kita bekali dengan melatih berbicara yang bermanfaat saja. Jika ada yang mengejek janganlah dibalas dengan ejekan. Lebih baik menghindari santri tersebut dan berteman dengan santri lain yang pandai jaga lisan.

SHALAT BERJAMAAH

Meskipun anak kita masih kecil seumuran anak tingkat dasar maka shalat berjamaah sangat ditekankan sejak usia dini. Apalagi jika anak kita adalah anak laki-laki. Dia adalah calon pemimpin masa depan yang menggantikan posisi para ayah ke depannya. Oleh karena itu seorang ayah sudah layaknya mengajak anak laki-lakinya pergi bersama ke masjid.

Dengan seringnya seorang ayah mengajak anak laki-laki pergi bersama ke masjid, maka itu akan menjadi watak kebiasaan anak saat berada di pesantren. Anak tersebut akan mudah diatur selama di sana. Tidak banyak problem selama di sana. Orang tuapun akan merasa lebih tenang saat anaknya sudah mandiri shalat berjamaah bersama temannya. Seringnya anak tidak peduli dengan shalat berjamaah karena kurangnya kebiasaan selama di rumahnya.

Jadi janganlah berharap perubahan dari usaha pondok pesantren saja, namun sebagai orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan mental anak. Sekolah, teman-teman dan keluarga sama-sama ikut dalam pembinaan karakter santri. Jadi jika salah satunya tidak berfungsi sebagai pengaruh yang baik maka terjadi perubahan karakter yang negatif meskipun perubahannya tidak 100%.

Agar anak terbiasa shalat berjamaah : Selama masa transisi pendidikan di rumah, anak agar selalu diingatkan menjawab azan dan shalat berjamaah bersama keluarga. Anak-anak laki-laki diajak ke masjid oleh ayahnya dan anak perempuan shalat bersama ibunya. Atau bisa juga sama-sama berjamaah ke masjid. Inilah usaha orang tua sebelum menyekolahkan anaknya di pesantren.

Ajari anak tentang adab-adab selama di masjid dan kalimat zikir yang disunnahkan setelah shalat. Jika kita belum mengetahui adab di masjid dan zikir-zikir sunnah setelah shalat, silahkan dibrowsing saja.

RUTIN MEMBACA ALQURAN DI RUMAH

Orang tua yang ingin anaknya cinta al-Quran ada baiknya didekatkan dengan sering membaca Alquran. Anak yang dibiasakan membaca Alquran, maka akan terbiasa nantinya selama di pesantren. Anak yang bosanan dengan al-Quran karena sebelumnya belum terbiasa di rumahnya. Kita lihat anak-anak kurang suka membaca Alquran di pesantren, meskipun pihak pesantren sudah banyak mengajak santri membaca Alquran. Jika tidak kebiasaan dari rumah, maka belum mencukupi menjadikannya cinta al-Quran.

Tinggalkan komentar