Taati Allah, Rasulullah Dan Ulil Amri

Kita semua termasuk golongan jin dilahirkan di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah ta’ala saja. Sebagaimana firman Allah dalam surat ad-Dzariyat ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepadaKu“. Inilah konsep awal kita dihidupkan di dunia, sehingga kita janganlah melupakan tujuan awal kita diciptakan oleh Allah ta’ala.

Ibadah bekalnya taat.

Judul di atas adalah konsep yang digariskan oleh Allah ta’ala dalam firmanNya , yaitu :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ

taati Allah, Rasul dan Para pemimpin kalian..” (QS. an-Nisa :59). Ayat ini berlaku untuk siapa saja bagi orang muslim agar mentaati Allah, Rasul dan Pemimpin.

Jika kita termasuk yang taat kepada Allah ta’ala, maka mudah saja bagi diri ini beribadah kepadaNya. Shalat lima waktu terasa ringan dilakukan, apalagi shalatnya secara berjamaah. Maka ketaatan akan meningkat seiring dengan seberapa ibadah yang ia lakukan. Tanpa ada rasa taat pada diri kita, maka akan sulit melakukan ibadah yang wajib. Maka dari itu mulailah mengenal untuk apa kita diciptakan oleh Allah ta’ala.

Siapapun yang taat dengan Allah niscaya ia juga akan taat kepada Rasulnya maupun kepada ulil amri. Seberapa besar ketaatan kepada Allah, maka itulah ketaatannya kepada Rasul dan ulim amri. Taati Rasul sebuah kewajiban kita dan jin yang diperuntukkan untuk mudah melakukan berbagai macam ibadah. Jika taat kita kepada Rasulullah tinggi maka kitapun akan mudah taat kepada pemimpin-pemimpin kita.

Taat kepada Allah ta’ala adalah modal utama kita mudah beribadah sesuai petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti kita jika akan sholat, maka akan mudah mengikuti tata cara ucapan dan gerakan sholat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini akan berbeda dengan orang yang menjauhi ketaatan, namun masih mengedepankan hawa nafsunya. Jika disodori tata cara sholat Nabi sesuai hadits shahih, maka ia akan langsung menolak dengan berpendapat bahwa sholat yang sudah lama dikerjakan sesuai nenek moyang mereka.

Begitulah pada bentuk ibadah lainnnya, ia akan menolak dengan mentah-mentah setiap petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhasil, ibadah yang dikerjakan tanpa dalil yang benar dan arahan yang tepat. Sehingga ketika ia beribadah akan menjumpai banyak kekeliruan.

Tinggalkan komentar